Bila jawabannya adalah lemak, tampaknya memang masuk akal. ''Jumlah lemak yang terdapat di payudara sama dengan yang ada di paha dan bokong. Terlebih kini kasus obesitas semakin meningkat. Maka itu penambahan massa pada payudara tidaklah mengherankan,'' kata ahli kanker payudara Profesor Michael Baum seperti dikutip dari Daily Mail, Jumat (28/1).
Adapun Dr Marilyn Glenville, ahli gizi, menuturkan, pertumbuhan payudara bukan saja karena bertambahnya lemak. ''Ada peningkatan jumlah jaringan di payudara. Jadi kita harus melihat apa yang merangsang pertumbuhan jaringan payudara yakni hormon estrogen. Estrogen adalah hormon yang bertanggung jawab atas berbagai perubahan tubuh kita selama pubertas,'' jelasnya.
Dia menambahkan, kehamilan dan menyusui memiliki efek positif karena mampu mengontrol hormon yang merangsang pertumbuhan sel-sel baru di payudara. Namun, semakin banyaknya jumlah perempuan yang menunda kehamilan berperan pada bertambahnya jumlah siklus bulanan. Paparan estrogem juga lebih banyak.
Menghindari estrogen memang cukup sulit karena zat ini ada di mana-mana seperti produk susu sapi. ''Pestisida, plastik, dan kosmetik juga rentan estrogen. Begitu pula adanya xenoestrogens pada deodoran, alat make-up, krim pelembap yang kerap digunakan perempuan,'' ujarnya.
Produk-produk tersebut mengharuskan perempuan mengoleskannya ke wajah dan payudara. Kulit pun akan langsung menyerapnya. Bukan hal yang tak mungkin, krim-krim tersebut juga menstimulasi perkembangan jaringan di payudara. [mediaindonesia.com]
Previous Article
