PIDATO PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA PADA PEMBUKAAN KTT KE-18 ASEAN:Bismillahirrahmanirrahim.
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.
Salam sejahtera untuk kita semua.
Yang Mulia Para Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan Negara-Negara ASEAN,
Yang saya hormati Sekretaris Jenderal ASEAN dan para Menteri ASEAN,
Yang saya hormati para Pimpinan Lembaga-lembaga Negara Republik Indonesia,
Yang saya hormati para Pimpinan Parlemen ASEAN, representasi organisasi Civil Society dan representasi Pemuda Negara-negara ASEAN,
Yang Mulia para Duta Besar Negara sahabat, dan Pimpinan Organisasi Internasional,
Para anggota delegasi dan hadirin sekalian yang saya hormati,
Dengan penuh rasa syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Kuasa, atas rahmat dan karunia-Nya, pada hari yang bersejarah ini, kita dapat berkumpul bersama untuk menghadiri Pembukaan Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) ke-18 ASEAN.
Atas nama rakyat, pemerintah dan Negara Republik Indonesia, izinkan saya untuk menyampaikan ucapan selamat datang di Indonesia, kepada Yang Mulia para Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan negara-negara sahabat, yang datang dari Kawasan ASEAN. Kehadiran Yang Mulia menunjukkan betapa erat dan hangatnya hubungan antara negara-negara di kawasan ASEAN. Saya berharap, kehadiran Yang Mulia para Kepala Negara dan Kepala Pemerintahan pada hari ini, menjadi momentum yang bersejarah bagi kerja sama yang lebih erat, saat ini dan mendatang.
Hadirin sekalian yang saya muliakan.
KTT ke-18 ASEAN yang diselenggarakan tahun ini, memiliki arti penting bagi upaya kita untuk menghadapi dan memberi solusi, atas tantangan yang membentang di hadapan kita. Pada awal abad ke-21 ini, kita menghadapi tantangan yang sangat kompleks, beragam, dan bersifat lintas negara. Pergeseran kekuatan geopolitik tengah berlangsung dengan dinamis. Berbagai ancaman keamanan tradisional, masih terus menghantui, yang disertai dengan ancaman keamanan non-tradisional yang juga semakin meningkat. Gejolak perekonomian global kerap terjadi, dengan dampak yang dirasakan oleh semua bangsa di dunia.
Tentu menjadi tidak mudah bagi kita untuk membedakan antara masalah-masalah nasional, kawasan, dan global. Demikian juga antara isu-isu bilateral dan multilateral. Oleh karena itu, kita tidak dapat menghadapi berbagai persoalan itu hanya pada tingkat nasional semata, tetapi diperlukan penyelesaian yang lebih komprehensif, dan kerja sama yang lebih baik, di antara negara-negara yang ada di kawasan Asia Tenggara. Diperlukan pula kerja sama yang lebih erat di antara bangsa-bangsa, baik intra maupun antar kawasan, serta dalam forum-forum global.
Sejarah mencatat, sebagai salah satu pelopor integrasi kawasan di dunia, ASEAN dibentuk berdasarkan keinginan untuk menciptakan perdamaian, membangun konsensus, dan memajukan stabilitas, melalui integrasi dan kerja sama kawasan. Kita menyadari, bahwa untuk menjamin perdamaian dan stabilitas di kawasan Asia Timur, ASEAN harus terlebih dahulu mampu menjamin perdamaian di kawasannya sendiri.
ASEAN berkewajiban untuk merespons dinamika konflik, yang dapat mempengaruhi citra ASEAN dan perdamaian yang berkelanjutan di kawasan ini. Jika terjadi konflik, ASEAN juga harus mampu memfasilitasi forum diplomatik dan dialog terbuka, dengan tujuan menciptakan perdamaian bersama. Semua upaya itu, sudah kita gariskan dalam Cetak Biru Komunitas Politik Keamanan ASEAN. Kewajiban kita tinggalah melaksanakan komitmen dan kesepakatan bersama tersebut.
Hadirin sekalian yang saya hormati.
Saat ini dan ke depan, kita juga menghadapi masalah ketahanan pangan dan ketahanan energi. Dalam situasi global saat ini, populasi penduduk dunia diproyeksikan tumbuh pesat dari tujuh miliar saat ini, menjadi sembilan miliar pada tahun 2045. Bangsa-bangsa di muka bumi akan menghadapi kompetisi, untuk memperoleh sumber-sumber penghidupan yang terbatas. Kompetisi untuk energi, untuk pangan, dan untuk air yang bersih dan dapat diminum, menjadi bagian dari kompetisi global.
Tidak perlu terlalu jauh, untuk memproyeksikan apa yang terjadi dalam kurun waktu sepuluh atau dua puluh tahun ke depan, saat ini saja kita sedang menghadapi harga pangan dan energi yang sangat fluktuatif, yang cenderung terus meningkat di pasar dunia. Ketahanan pangan merupakan tantangan yang sangat besar bagi ASEAN.
Oleh karena itu, diperlukan kerja sama ASEAN yang nyata dan efektif, untuk lebih menekankan program yang berorientasi pada kesiapan menjamin ketersediaan pangan rakyat.
Salah satu langkah cepat yang harus kita ambil adalah pelaksanaan ASEAN Integrated Food Security Framework secara komprehensif, utamanya dalam penelitian dan pengembangan, serta investasi dalam bidang pangan. Dan secara khusus, yang perlu diperhatikan adalah memformulasikan sistem cadangan pangan di ASEAN, yang juga dapat memungkinkan terbantunya para petani kita untuk keluar dari kemiskinan.
Sama pentingnya dengan mengatasi masalah pangan, adalah mengatasi masalah ketahanan energi. Menghadapi masalah ini, ASEAN harus men-cari solusi yang inovatif. Sumber-sumber energi baru dan terbarukan, sangat diperlukan untuk meningkatkan keanekaragaman pasokan energi, dan mengurangi konsumsi energi yang berdampak negatif pada lingkungan. Selain itu, pemanfaatan energi yang terbarukan, dan implementasi program ASEAN Energy Efficiency and Conservation, dapat mempercepat pembangunan ekonomi dan sosial di negara-negara anggota ASEAN.
ASEAN harus memperkuat kerja sama kawasan dalam pengembangan sumber-sumber energi terbarukan dan energi alternatif, termasuk hydro-power dan panas bumi. Salah satu caranya, kita harus memajukan pembangunan pusat-pusat penelitian dan pengembangan energi terbarukan di kawasan kita.
Kita mesti memberikan perhatian yang amat serius untuk kerja sama dan upaya nyata mengatasi gejolak harga pangan dan energi dunia, karena dampaknya yang buruk bagi kesejahteraan rakyat kita. Sejarah menunjukkan bahwa kenaikan harga pangan dan energi, akan langsung mengakibatkan kenaikan jumlah penduduk yang miskin. Sedangkan kita sangat tahu dan merasakan, bahwa untuk menurunkan angka kemiskinan adalah sesuatu yang tidak mudah.
Hadirin sekalian yang saya muliakan.
Selain masalah pangan dan energi, kita juga tidak menutup mata dengan masih terjadinya konflik-konflik bersenjata di berbagai penjuru dunia. Konflik di Libya, belum mereda. Pergolakan politik di Timur Tengah masih terus berlangsung, disertai dengan meluasnya kekerasan. Di perairan internasional, pembajakan dan perompakan di laut semakin rawan. Dan kita juga dihadapkan pada sindikat kejahatan dan terorisme internasional.
Kita baru melalui masa krisis ekonomi dan keuangan global yang belum sepenuhnya pulih. Pada saat yang bersamaan, kita harus mengatasi masalah perubahan iklim yang dapat mengakibatkan kerusakan bagi negara-negara pantai dan kepulauan, serta negara lainnya. Dan tidak dapat kita pungkiri, masih terjadinya migrasi penduduk dalam jumlah besar, tidak teratur dan tidak legal, sehingga menyebabkan berbagai masalah politik, sosial, dan keamanan, tidak hanya di negara tujuan (countries of destination), tetapi juga di negara yang mereka lalui (transit countries).
Masalah lain yang serius adalah bencana alam yang kerap kali terjadi di kawasan ini. Kita menyadari, kawasan kita amat rentan terhadap bencana alam. Sebagai contoh, tragedi bencana gempa bumi dan tsunami yang melanda wilayah timur laut Jepang dua bulan lalu, yang telah menelan korban ribuan penduduk, dan menyebabkan kerugian harta benda dan infrastruktur. Dan masih segar dalam ingatan kita, tujuh tahun lalu, Aceh dilanda bencana tsunami yang amat dahsyat, yang juga menimbulkan puluhan ribu korban jiwa dan kerusakan harta benda.
Dalam penanganan bencana alam, saya berpandangan bahwa terdapat dua hal utama yang perlu kita perhatikan.
Pertama, kita perlu meningkatkan kapasitas dan koordinasi regional, melalui pembentukan ASEAN Coordinating Centre for Humanitarian Assistance on Disaster Management (AHA Centre).
Dan yang kedua, melaksanakan latihan bersama penanganan bencana alam, seperti yang telah dilaksanakan dalam ASEAN Regional Forum Disaster Relief Exercise di Manado bulan Maret lalu, yang diketuai bersama oleh Indonesia dan Jepang.
Hadirin sekalian yang saya muliakan.
Dari apa yang saya kemukakan tadi, saya ingin memberi gambaran secara singkat bahwa itulah yang terjadi di dunia kita saat ini. Dan itu pulalah potret di kawasan kita sekarang. Dalam dunia seperti itu, negara-negara di kawasan ASEAN tidak dapat berdiam diri dan berpangku tangan. Kita perlu lebih memantapkan kerja sama multi-dimensional, baik kerja sama internal di antara negara-negara anggota ASEAN, maupun kerja sama dengan negara-negara Mitra Wicara, ataupun kerja sama dengan kawasan lain. Dan lebih dari itu, ASEAN perlu lebih tanggap terhadap realitas yang berubah dengan sangat cepat; untuk menyelesaikan dan mengatasi berbagai tantangan, dan untuk meraih peluang yang muncul baik di dalam maupun di luar kawasan.
Untuk itulah, sebagai Ketua ASEAN, Indonesia menetapkan tiga prioritas utama yang mesti kita sukseskan bersama.
Pertama, kita harus dapat memastikan tercapainya kemajuan-kemajuan penting dalam membangun Komunitas ASEAN; Kedua, kita harus memastikan terpeliharanya tatanan dan situasi di kawasan yang kondusif bagi upaya pencapaian pembangunan, antara lain melalui KTT Asia Timur dengan tetap menjaga sentralitas ASEAN; dan Ketiga, kita harus mensukseskan pembahasan mengenai perlunya visi ?ASEAN pasca 2015?, yaitu peran Komunitas ASEAN di antara Komunitas Global Bangsa-Bangsa.
Ini berarti, pada saat, insya Allah Komunitas ASEAN terbentuk pada tahun 2015, kita telah siap untuk meningkatkan peran ASEAN, dalam menjawab tantangan-tantangan global yang membentang di depan kita tantangan yang dapat menyulitkan kehidupan generasi mendatang.
Kita memperjuangkan tiga prioritas tadi, berdasarkan premis?bahwa seluruh daya upaya kita akan bersifat kerakyatan (people centred). Seluruh lapisan masyarakat di negara-negara anggota ASEAN mesti dilibatkan, agar mereka semua mempunyai rasa kepemilikan dan keinginan yang kuat untuk berpartisipasi. Mereka akan menjadi yang pertama, dan yang paling utama mendapatkan keuntungan dari inisiatif kita.
Hadirin sekalian yang saya muliakan.
Tahun ini, ketika Indonesia menjadi Ketua ASEAN, bersama-sama kita telah membuat kemajuan yang berarti, dalam mewujudkan ketiga prioritas yang saya kemukakan tadi. Di tengah perubahan arsitektur kawasan, saya berharap KTT ASEAN kali ini dapat menyepakati langkah-langkah menuju Konferensi Tingkat Tinggi Asia Timur, yang diharapkan akan memiliki kontribusi lebih jauh bagi pemajuan lingkungan kawasan yang stabil dan damai, serta mendatangkan kemakmuran bersama.
Di bidang keuangan, salah satu kemajuan yang penting adalah peluncuran website bersama dari tujuh Bursa Efek di negara-negara ASEAN, untuk meningkatkan ekuitas blue-chip di kawasan bagi para investor global. Ini merupakan langkah awal menuju konektivitas pasar-pasar di ASEAN. Pada saat yang bersamaan, kita akan segera mengimplementasikan secara penuh Fasilitas Jaminan Kredit dan Investasi sebesar US$700 juta. Para Menteri Keuangan kita, juga telah merapatkan barisan menuju pembentukan Dana Infrastruktur ASEAN (ASEAN Infrastructure Fund) guna mendukung pembangunan infrastruktur di kawasan.
Tentu tidak hanya sampai di situ.
Masih banyak yang harus kita lakukan dan kita kerjakan secara bersama-sama. Kita harus memastikan bahwa Master Plan on ASEAN Connectivity dapat diimplementasikan secara efektif. Dalam kaitan ini, Indonesia tengah menyelesaikan Master Plan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MP3EI), guna mempercepat pembangunan enam koridor ekonomi di Indonesia.
Saya yakin, apa yang Indonesia lakukan ke depan ini, di samping akan mengembangkan perekonomian nasional dan konektivitas intra-Indonesia, juga akan lebih membangkitkan perekonomian ASEAN, sekaligus mempercepat terbangunnya konektivitas ASEAN.
Hadirin sekalian yang saya muliakan.
Di kawasan ASEAN yang dinamis ini, untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat, masih banyak yang perlu kita lakukan. Kita harus bekerja keras untuk memberdayakan dan meningkatkan usaha kecil dan menengah. Kita perlu lebih mengembangkan perdagangan, investasi dan pariwisata intra ASEAN. Dan kita pun harus lebih meningkatkan kerja sama kita dengan mitra wicara ASEAN agar dapat lebih bermanfaat.
Kita perlu meluncurkan lebih banyak lagi, upaya untuk memajukan interaksi antar masyarakat (people-to-people). Dialog Para Pemimpin ASEAN dengan Majelis Antar Parlemen ASEAN, para wakil dari kalangan masyarakat sipil, dan para pemuda selama KTT ini berlangsung, merupakan salah satu bentuk upaya untuk menjadikan ASEAN sebagai organisasi yang berorientasi dan berpusat pada masyarakat. Itulah cita-cita kita. Itulah harapan kita. Harapan baru bagi komunitas ASEAN.
Hadirin sekalian yang saya muliakan.
Sebelum mengakhiri sambutan ini, harus saya sampaikan rasa syukur dan kebanggaan saya, bahwa saat ini dan ke depan, semakin banyak negara yang berkeinginan untuk meningkatkan hubungan dan kerja sama dengan ASEAN. Hal ini menegaskan semakin meningkatnya pamor ASEAN, sebagai salah satu organisasi regional yang berhasil di dunia. Kita telah mendapatkan pengalaman dan pelajaran yang sangat banyak dan berharga, selama lebih dari empat puluh tahun bekerja bersama. Oleh karena itu, banyak hal yang sesungguhnya dapat kita tawarkan kepada kawasan dan bangsa lain di luar kawasan kita.
Saat ini, mata dunia sedang tertuju ke kawasan ASEAN, tempat kita tumbuh, berkembang, dan maju bersama. Kenyataan ini, harus menjadi inspirasi bagi kita untuk bekerja lebih keras; mencapai Komunitas ASEAN tahun 2015, dan menjadikan hubungan kemitraan di antara kita semakin bermanfaat untuk menyelesaikan masalah-masalah global.
Sekali lagi, mari kita tingkatkan kerja sama kita. Mari kita libatkan rakyat kita dalam membangun kawasan ASEAN, agar kehidupan rakyat di kawasan ini menjadi lebih aman, lebih tenteram, lebih damai, lebih harmonis, dan lebih sejahtera. Karena itulah, saya sungguh berharap Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN tahun ini, dapat menjadi jembatan menuju keberhasilan yang kita harapkan bersama. Sekali lagi, mari kita wujudkan :
ASEAN : Satu Visi, Satu Identitas, Satu Komunitas.
ASEAN : One Vision, One Identity, One Community
Terima kasih.
Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabakatuh
Jakarta, 7 Mei 2011
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO