Saat tertidur pulas, dihantamnya bagian kepala Andika (9) dan Intan yang berusia (1,5 tahun) dengan sebuah martil. Andika yang merasa kesakitan sontak terbangun. Dengan kepala berlumuran darah, siswa kelas dua sekolah dasar itu berteriak meminta pertolongan.
Kehadiran tetangga tidak membuat surut niat keji Jumiati. Dipukulnya kepala anak bungsunya yang belum juga terbangun. Setelah itu di hadapan mata para tetangga, ia hantamkan martil yang ada di genggaman tangan ke arah kepalanya sendiri.
“Untungnya beberapa tetangga berhasil merebut palu (martil). Kalau tidak tentu apa yang terjadi lebih buruk lagi, “tutur Budiono, suami Jumiati yang saat kejadian sedang keluar rumah untuk membeli makanan.
Tidak ada korban jiwa dalam musibah ini. Baik Jumiati dan kedua anaknya langsung dilarikan ke ruang Instalasi Rawat Darurat RSUD dr Iskak Tulungagung. Andika mengalami luka robek pada bagian kepala sebelah kanan, atas dan belakang.
Diduga kuat ia menderita gegar otak ringan. Sebab setiba di rumah sakit, bocah bernasib malang itu langsung mengeluh mual dan ingin muntah. Sedangkan kondisi Intan terlihat lebih baik, meski kepalanya juga terdapat luka. Bocah yang sepertinya belum tahu apa yang terjadi pada ibunya. Ia terlihat tenang berada di dalam gendongan Budiono.
Sementara jiwa Jumiati terlihat begitu terguncang. Keadaan tersebut yang mendorong perawat rumah sakit menempatkan Jumiati pada ruang tersendiri. Sebab ibu dua anak itu terus berteriak histeris meminta kedua anaknya di dekatkan kepadanya. “Saya tidak tahu kenapa kondisi kejiwaan istri saya menjadi seperti ini, “terang Budiono.
Informasi yang dihimpun, Jumiati dikenal sebagai perempuan yang memiliki pembawaan keras dan galak. Tidak sedikit tetangga yang melihat, ia begitu ringan tangan terhadap anaknya yang telah melakukan kesalahan kecil.
Sebelum malapetaka percobaan pembunuhan itu terjadi, Jumiati baru pulang dari perawatan di RS Bhayangkara Tulungagung. Setelah 7 hari menjalani opname karena tekanan darahnya mencapai 200 dan ancaman stroke, ia diperbolehkan pulang.
Selama hari pertama berada di rumah, Budiono melihat perangai istrinya yang berubah. Ia tampak tidak nyaman dan sering marah tanpa alasan. “Namun saya mencoba memaklumi mungkin saja kondisi psikis orang yang baru saja sakit, “terang Budiono.
Karenanya, Budiono tidak mengira jika sepeninggal dirinya keluar rumah untuk membeli makanan, Jumiati akan berbuat seperti orang yang tidak waras. Berdasarkan, penuturan beberapa tetangga, Jumiati sempat membawa linggis sebelum akhirnya memilih martil sebagai alat untuk percobaan pembunuhan.
Beberapa hari sebelum peristiwa itu terjadi, Jumiati pernah mencoba bunuh diri dengan cara membakar diri bersama kedua anaknya. Bahkan, perempuan tersebut sudah sempat membeli sebotol bensin. “Untungnya perbuatan nekat itu berhasil saya gagalkan. Sampai hari ini saya tidak tahu apa yang melandasi perbuatan nekatnya, “paparnya.
Budiono berharap semua permasalahan yang menimpa keluarganya bisa segera berlalu. Dokter jaga IRD RSUD dr Iskak Tulungagung Andi Prasetyo, dari ketiga pasien, Andika yang paling parah. Sementara Intan juga mengalami luka robek sekitar 2 cm pada kepala bagian atas dan belakang.
Sementara Jumiati mengalami luka robek pada kepala bagian depan dan harus dijahit. “Meski sepintas tidak mengkahwatirkan, ketiga pasien tetap akan menjalani observasi. Sebab, akibat dari kekerasan itu akan diketahui dari observasi, “ujarnya.