Juru bicara Kelompok Pecinta Alam Bahari (KPAB) Kota Dumai, Fahran, di Dumai, Rabu, menyatakan, penumpukan sampah disejumlah alur Sungai Dumai tersebut diketahui pihaknya saat dilakukan gerakan kebersihan bersama dengan sejumlah elemen masyarakat.
"Dari pengamatan secara kasat mata, sampah-sampah yang terdiri dari limbah dapur dan makanan ringan ini, yakni seperti plastik dan bekas bungkusan lainnya memenuhi sejumlah permukaan sungai. Jika dikumpul-kumpul jumlahnya mencapai puluhan ton," kata dia.
Penumpukan sampah di alur sungai menurut dia, dapat berdampak negatif pada pertumbuhan manggrove dan sejumlah habitat perairan tidak terkecuali ikan dan udang yang selama ini menjadi mata pencarian sebagian warga Dumai.
"Sebaiknya pemerintah segera turun tangan untuk mengatasi permasalahan serius ini sebelum keberadaan limbah sampah lebih parah lagi," tuturnya.
kapal-kapal asing yang dimaksud KPAB kebanyakan singgah atau berlabuh dikawasan PT Pelabuhan Indonesia (Pelindo). Tidak ada pengawasan sama sekali terhadap kapal-kapal asing tersebut.
Selain kapal-kapal asing di Dermaga Pelindo, sejumlah kapal sembako impor yang berbobot atau berdaya angkut diatas 800 ton juga kerap melakukan aktifitas bongkar muat di sepanjang alur Sungai Dumai yang lebarnya sekitar 12 meter.
Menurut pemerhati lingkungan dari Universitas Riau (UR), Ariful Amri, hal itu dapat memberikan dampak negatif terhadap sejumlah keberlangsungan berbagai jenis flora dan fauna di sekitarnya.
"Yang jelas, akibat sungai yang setiap harinya dilintasi kapal-kapal besar itu, permukaan sungai akan terus melebar hingga menyebabkan tamanan bakau kian punah. Selain itu, buangan oli atau kotoran mesin kapal juga dapat meracuni berbagai jenis hewan yang ada disekitarnya," imbuhnya.