Sakie...............t
Lidahmu menyakitiku,
Kalimatnya memang pelan, tapi lukanya menganga dan dalam...
Lisanmu membelah hatiku,
Kemudian menyiramnya dengan air garam...
Aku tahu, aku salah...
Tapi sumpah, aku tak pernah sengaja
Aku sadar, yang kau ucap itu benar...
Namun jujur, aku mulai terkapar
Kudengar, hanya kudengar...
Rintihan hati tak ku hirau lagi
Menghindar, dari kecamuk batin yang memijar...
Mencoba menahan perih jiwa ini...
Kau benar, aku tersenyum...
Lirih, tak berani menatapmu lama...
Memang pantas kau berikan itu padaku
Karena kebenaran adalah mungkin milikmu, untuk saat itu...
Kau mulai diam, entah kasihan atau kehabisan kata-kata...
Kini aku yang mulai ingin bicara, tapi masih dalam hati
Terus berpikir menyelami rasa,
Seburuk itukah aku, pilu...
Ku tekuk wajahku, sendu...
Lampu-Lampu terang seolah mentertawakan mendung parasku
Aku tak ingin menangis, dan bukan saatnya menepis
Senyumku datar, namun terus ku buat tegar...
Terimakasih, atas segala keluhmu...
Sungguh, aku belajar banyak sesudahnya
Terimakasih, kudapati mutiara yang indah
Ku terima, walau ada sakit yang menyisa...
Banyak kebaikan darimu...
Bodoh-lah aku, jika hal kecil sejenak tadi melumatku...
Banyak yang bisa kucari dan kukagumi...
Walaupun puisi ini adalah gambaran sakit hati...
Kau maafkan, aku maafkan...
Kau benci, tapi itu tak akan ku ikuti...
Biar sakit hati ini, biarlah sakit hati ini...
Kalimatnya memang pelan, tapi lukanya menganga dan dalam...
Lisanmu membelah hatiku,
Kemudian menyiramnya dengan air garam...
Aku tahu, aku salah...
Tapi sumpah, aku tak pernah sengaja
Aku sadar, yang kau ucap itu benar...
Namun jujur, aku mulai terkapar
Kudengar, hanya kudengar...
Rintihan hati tak ku hirau lagi
Menghindar, dari kecamuk batin yang memijar...
Mencoba menahan perih jiwa ini...
Kau benar, aku tersenyum...
Lirih, tak berani menatapmu lama...
Memang pantas kau berikan itu padaku
Karena kebenaran adalah mungkin milikmu, untuk saat itu...
Kau mulai diam, entah kasihan atau kehabisan kata-kata...
Kini aku yang mulai ingin bicara, tapi masih dalam hati
Terus berpikir menyelami rasa,
Seburuk itukah aku, pilu...
Ku tekuk wajahku, sendu...
Lampu-Lampu terang seolah mentertawakan mendung parasku
Aku tak ingin menangis, dan bukan saatnya menepis
Senyumku datar, namun terus ku buat tegar...
Terimakasih, atas segala keluhmu...
Sungguh, aku belajar banyak sesudahnya
Terimakasih, kudapati mutiara yang indah
Ku terima, walau ada sakit yang menyisa...
Banyak kebaikan darimu...
Bodoh-lah aku, jika hal kecil sejenak tadi melumatku...
Banyak yang bisa kucari dan kukagumi...
Walaupun puisi ini adalah gambaran sakit hati...
Kau maafkan, aku maafkan...
Kau benci, tapi itu tak akan ku ikuti...
Biar sakit hati ini, biarlah sakit hati ini...