Apakah Itu Cinta Yang Terlarang



Cinta ini terlarang hanya karena perbedaan keyakinan. Haruskah dua insan yang saling mencintai menyerah dengan keadaan karena tidak ada dukungan keluarga?

Aku bertemu kembali dengannya setelah lebih dari satu dasawarsa berlalu. Lelaki itu adalah temanku saat masa SMA dulu.

Setelah putus kontak sama sekali selama 13 tahun, tiba-tiba saja aku bertemu lagi dengannya di dunia maya. Tepatnya, lewat situs jejaring sosial Facebook. Sejak itu, hubungan kami makin akrab, komunikasi terjalin setiap hari.

Di saat aku membutuhkan seorang teman, dia datang dan memberikanku semangat. Dialah yang selalu membuatku tersenyum, hingga akhirnya perasaan itu mulai timbul. Perasaan sayang yang tak mungkin bisa dibohongi.

Akhirnya, kata cinta itu pun terucap tanpa peduli dengan perbedaan keyakinan kami. Tapi, perbedaan itulah yang akhirnya menjadi pangkal dari perpisahan ini.

Hari-hari indah yang aku jalani bersamanya, terpaksa berakhir ketika kedua keluarga menentang keras hubungan kami. Aku kecewa karena dia menyerah dengan keadaan. Mimpi dan janji yang terucap akhirnya lebur, berantakan, dan pecah berkeping-keping.

Sering aku bertanya-tanya, mengapa cinta ini terlalu sulit bersatu hanya karena perbedaan agama? Mengapa dia terlalu cepat menyerah?

Tiba-tiba saja aku teringat dengan kisah asmaraku yang lain setahun yang lalu. Ketika itu, aku pun menjalin hubungan dengan lelaki yang berbeda keyakinan denganku. Tapi, hubungan yang terbina selama sembilan tahun itu juga harus berakhir, karena orang yang kusayangi itu meninggal dunia.

Apakah mungkin aku kembali mengulangi kesalahan yang sama? Menjalin cinta dengan seseorang yang memiliki keyakinan berbeda? Kalau begitu, siapa yang salah?

Aku hanya berharap akan datang sebuah keajaiban. Bahwa suatu hari nanti dia menjadi jodohku. Bebi, 29, Karyawati [mediaindonesia.com]

Artikel Terkait: