Konflik di Desa Umbulan, Cikeusik, Pandeglang, Banten, terindikasi sudah dipersiapkan dari sebelumnya. Pasalnya, di rumah Ismail Suparman, pimpinan Ahmadiyah desa tersebut, polisi menemukan sejumlah senjata tajam.
Sementara itu, massa yang menyerang rumah Suparman, seperti tampak di rekaman yang ditayangkan televisi, tampak mengenakan pita biru yang sama.
Polisi menemukan sejumlah senjata tajam di rumah Suparman. Senjata tersebut merupakan tombak rakitan, yakni kayu yang ujungnya ditempelkan besi tajam, golok, ketapel, celurit, dan sekarung batu.
Ketika ditanya wartawan tentang indikasi kesiapan kelompok Ahmadiyah menanggapi serangan warga, Kepala Bidang Humas Polda Banten Gunawan Setiadi menjelaskan, "Kelihatannya seperti itu. Memang waktu sudah diminta keterangan pada dua orang dari 17 orang (Ahmadiyah) yang datang dari Jakarta, dua orang itu yang selamat kita evakuasi, ternyata motifnya mereka akan mempertahankan aset jemaah Ahmadiyah di Cikeusik."
Senjata yang ditemukan di rumah Suparman tersebut, menurut dua jamaah Ahmadiyah tersebut, memang dirakit di rumah itu. Dipastikan, tak ada senjata api, tidak seperti yang diberitakan sebelumnya.
Sementara itu, massa yang menyerang rumah Suparman tampak mengenakan satu identifikasi yang sama, pita biru. Pita biru tersebut dikenakan sejumlah orang berpakaian hitam, baik di jaket, di peci, maupun di baju.
Namun, mengenai pita biru tersebut, Kepala Divisi Humas Mabes Polri Irjen Anton Bachrul Alam belum bisa banyak bicara. "Belum, kami tunggu dulu. Yang jelas penyidik masih mendalami kasus ini. Mengenai pita (biru) akan dicari, menunggu hasil pemeriksaan," ujarnya.
Polri belum mampu juga menerangkan siapa saja kelompok massa yang menyerang rumah Suparman. Indikasi penggalangan massa pun belum terungkap selain bahwa Polri sudah menetapkan dua orang sebagai tersangka. Dua orang penyerang rumah Suparman tersebut diidentifikasi dari rekaman yang ditayangkan di televisi. [mediaindonesia.com]