Orgasme, sebaiknya pria belakangan


Banyak lelaki yang berusaha menunda ejakulasi agar bisa orgasme bersama-sama dengan pasangannya. Namun, mencari timing agar bisa orgasme bersama bisa bikin 'kecewa'. Bagi perempuan, dia seperti dipaksa berpikir kapan dia harus orgasme. Padahal, dia sendiri sedang asyik merasakan nikmatnya berhubungan seks. Konsentrasinya pecah; antara menikmati aktivitas seks dan upaya mencari timing yang tepat dengan lelaki pasangannya.

Ketika orgasme bareng, kedua pasangan sedemikian tersedot oleh kenikmatan masing-masing yang luar biasa. Pada menit pertama, perempuan masih bisa menikmati perhatian penuh lelaki pasangannya. Namun, pada menit berikutnya semua itu lenyap, karena sang lelaki sudah lemas tergeletak. Semuanya selesai setelah masing-masing tersedot oleh sensasi kenikmatannya sendiri.

Begitu pula ketika lelaki merasakan nikmatnya orgasme, dia seperti kehilangan kesempatan untuk melihat perempuan pasangannya tengah dilanda kenikmatan. Ketika orgasmenya tiba, perhatian sang lelaki tersedot oleh intensitas kenikmatan yang dirasakannya sendiri, sehingga kurang menghayati sepenuhnya ekspresi kenikmatan seksual dan perasaan cinta yang dirasakan wanita pasangannya.

Sebaliknya, jika lelaki mampu menunda orgasmenya (ejakulasi), dia dapat membantu sang wanita untuk semakin melepaskan kontrol dirinya. Ketika wanita mencapai orgasme, sang lelaki dapat sepenuhnya menikmati kesenangan yang dirasakan wanita pasangannya. Kemudian, setelah wanita orgasme, dia sendiri bebas untuk sepenuhnya menghayati kenikmatan yang dirasakan saat dirinya ejakulasi.

Jadi, seolah-olah terjadi dua kali orgasme, bukan sekali. Kedua pasangan, dengan demikian, merasakan orgasme masing-masing sepenuhnya. Jika lelaki mengalami orgasme lebih dulu, perhatian perempuan akan bercabang dalam mencapai gairahnya yang perlahan-lahan itu. Kemudian, kalaupun perempuan bisa mencapai orgasme, lelaki tak akan sepenuh hati dalam menghayati orgasme pasangannya karena dia belum bergairah lagi.

Ada dua keuntungan jika orgasme tidak terjadi secara bersamaan. Di tahap pertama, sang lelaki masih mendapatkan kenikmatannya tetapi tidak berorgasme. Kemudian, di tahap kedua, sang isteri tahu bahwa waktu selebihnya adalah miliknya hingga tiba pada saat orgasme.

Kadang-kadang wanita tidak selalu mengharapkan orgasme dalam setiap hubungan seks. Tetapi karena sang suami meluangkan waktunya tanpa membebani harapan isteri, maka sang isteri bisa terpuaskan. Setelah seorang lelaki mendapatkan kenikmatannya di tahap pertama, maka ketika gilirannya tiba, sang wanita sudah tentu merasa berhak menerima kenikmatannya juga. Tanpa perasaan berhak ini, sebagian wanita akan sulit mencapai orgasme 

Artikel Terkait: