Ternyata perilaku jual diri (maaf jual jasa) bukan hanya milik perempuan yang berdiri dipinggir jalan menanti lelaki hidung belang menggunakan jasanya atau menunggu telefon atau dijemput sang germo untuk disodorkan para penikmat perempuan (pelempuang=kata babe-babe pemilik angpao besar).
Dalam sebuah bincang-bincang, di kota-kota besar atau bahkan kota medioker, ternyata penjual jasa/pramunikmat juga dilakukan para lelaki. Mereka menjual diri dengan berbagai latar beragam yang sebenarnya tidak bisa ditolerir. Ada yang berjuang menjual diri pada tante-tante karena ingin mengumpulkan uang banyak agar bisa menjadi bos bagi pacarnya (jaga image), biaya kuliah (kata teman saya: sering mereka para mahasiswa dari luar daerah telat menerima kiriman atau kerana mereka kasihan dan tidak tega meminta uang-terus menerus pada orang tua).
Bedanya!
Pria penjual jasa/servis ketok bukan majig ini jarang yang memajang dirinya dipinggir jalan dibawah lampu remang-reman. Mereka sering menyembunyikan diri di salon-salon, gymnasum, sanggar senam, cady bagi ibu-ibu penggemar golf kamuflase (ini certia teman saya juga lho!, tapi memang saya percaya ko!)
Pemenang arisan, memilih pria pilihan lebih dulu
Ini modus lain, yaitu tante-tante kesepian melakukan arisan, tetapi bukan uang yang didapat. Mereka arisan, tetapi semua peserta mendapatkan arisan, lucu ya! Tapi yang mereka peroleh adalah pemenang (yang namanya muncul lebih dulu) boleh memilih pria yang paling diingini untuk dapat memuaskan hawa nafsunya! Dan yang terakhir mendapat pria sisanya!
Suatu waktu saya membaca sebuah kisah nyata (khusus cerita kisah nyata) yang dituliskan seorang ibu muda yang ditinggal suaminya pergi berlayar.
Begini cerita singkat di kisah nyata itu! Wanita ini kesepian, karena suaminya 3 (tga) bulan berlayar dan tiga bulan suaminya di rumah.Memang bila suaminya di rumah, ia menikmati kebahagiaan, tetapi tiga bulan ia harus sendirian, karena belum punya momongan. Ia kemudian diajak kenalannya untuk mengikuti “Arisan NikmaT”, karena perasaan penasaran, maka ikutlah ibu muda yang cantik itu, hanya dengan membayar sejumlah uang kecil (untuk ukuran orang berduit). Namun, ia terheran-heran karena, di ruangan yang sangat luas itu terdapat pria-pria tampan. Ia berpikir, apakah ini anak dari masing-masing tante-tante itu? Ternyata bukan!
Ketika arisan diundi, nama pemenang pertama memilih pria pilihan, kemudian pergi ke sebuah kamar. Selanjutnya ibu-ibu lain demikian juga, terakhir ibu muda itu dan memperoleh pria yang sepantaran umurnya. Ia bingung, namun si pria ternyata pramunikmat professional yang mampu menggiring ibu muda itu ke jurang kemaksiatan. Selanjutnya, ibu muda itu masuk jebakan dan sulit keluar dari kelompok arisan nikmati itu! Pernah ia mengutarakan keinginannya untuk mundur dari lingkungan itu, ia mendapatkan ancaman ibu-ibu akan mengadukan ke suaminya bila pulang nanti. Dan, akhirnya ibu itu terjebak dalam “Arisan Nikmat itu”. Sampai kisah nyata itu ditulis, ibu itu belum mampu ke luar dari lingkaran maksiat namun nikmat itu!
Sungguh sebuah fenomena yang mencengangkan bagi kaum konservatif yang beranggapan pelacuran adalah stigma wanita, faktanya pria ternyata juga berprofesi sebagai pramunikmat. Bedanya pria lebih tersembunyi (paling tidak persepsi penulis).
Kemengapaan
Ingat lagu Iwan Fals…
Ingat lagu Iwan Fals…
“Tante-tante yang kesepian….
Bekal keimanan yang tipis bagi ibu-ibu/tante-tante kesepian atau wanita-wanita sakit hati karena suaminya seorang JARUM SUPER (Jarang di rumah suka pergi) atau suami yang penganut aliran SELINGKUH (selingan indah namun keluarga tetap utuh), kurang perhatian dari suami, tidak memperoleh aliran air zamzam suami yang dicintai, masa penantian yang tak tertahan mengantarkan tante-tante ini ke arisan laknat ini!
Banyaknya uang, kemewahan yang tak terbatas, telah terpenuhinya segala kebutuhan dan keinginan (bersifat material) mendorong mereka memikirkan untuk apa uang banyak yang mereka miliki ditunjang waktu luas yang ia miliki. Wanita-wanita yang tidak pernah melayani kebutuhan suami, karena semua kebutuhan telah dilayani pembantu, ditambah suami-suami TBDR (Tak Betah Di Rumah). Yah, akhirnya tante-tante ini…. Mencari siapa saja yang bisa menyaluri parit-paritnya yang terasa makin kering dan membutuhkan setitik dua titik air….
Suami harus bertanggung jawab
Akar Keimanan merupakan fundasi pokok bagi insan manusia. Suami-suamilah yang bertanggungjawab perbuatan tante-tante ini. Suami telah gagal menjadi pemimpin yang patut dicontoh. Kewibawaan pria yang rendah di mata istri…. Sehingga ia tidak mampu memimpin istrinya sendiri! Sungguh celaka, bagi pria baik yang lemah, pria jelek yang lemah, dan pria-pria yang bukan pria. Lelaki yang bukan lelaki… pemimpin yang berlindung dibalik jubahnya….
Tengadahkan wajah, angkat tangan seraya berdoa dan meminta ampun……
Untuk ibu muda… keluarlah dan temui suami, memohon ampun, dan siap terima apa keputusan suami Anda. [kompasiana.com]