Efek bahayanya bisa terjadi beberapa bulan kemudian. Tapi kalau asmara, seminggu dua minggu sudah bisa terkuak. Namanya juga asmara, sama-sama bisa menimbulkan kanker. Cuma asmara ini kankernya dalam arti: kantong kering. Paham kan? Orang yang sedang kasmaran biasanya kan suka mengobral duit, agar kekasihya tetep lengket seprti lem Takol. Tapi ya itu tadi, jika dananya terbatas lama-lama bakal kantong kering stadium empat!
Yayuk, anak Ny. Tanti warga Desa Karanganyar Kecamatan Sambungmacan Sragen (Jateng), termasuk gadis yang terkena asmara ayah tiri. Asmara dan cinta itu sesungguhnya disebarkan Gito, ditujukan kepada Ny. Tanti yang tak lain ibu kandung yayuk. Tapi semenjak “reaktor” miliknya jenuh pada istri sendiri, asmaranya merembet pada Yayuk, anak tirinya yang semakin lama kok semakin enak dikeloni dan perlu, gitu.
Koalisi rumahtangga Tanti – Gito memang dibangun dari status mereka yang janda dan duda. Karena merasa sudah sama-sama cocok, daripada kelamaan saling menahan “dingin”, keduanya pun menikah. Tanti memang tak pernah berfikiran macam-macam, kecuali minta pendapat putrinya, si Yayuk. “Piye ndhuk, kowe cocok ora yen duwe bapak anyar Mas Gito (bagaimana kamu, cocok nggak punya bapak baru Mas Gito)?” kata Ny. Tanti waktu itu pada anaknya.
Ternyata Yayuk setuju, sehingga mereka pun naik ring. Sejak Gito – Tanti menjadi suami istri, hari-hari selanjutnya demikian indah penuh gairah. Maklumlah, ibarat punya keris pusaka yang lama dianggurkan, kini sudah diwarangi (dijamasi) lagi. Menjamasinya juga bukan tiap tanggal malem 1 Suro saja, tapi setiap saat kapan suka, boleh! Pendek kata: gemak lonteng-lonteng, krasa penak ndengkeng-ndengkeng (baca: asyik banget)!
Namun ternyata Gito juga tak jauh beda dengan sifat laki-laki kebanyakan: pembosan. Setiap hari memperoleh “menu” yang sama, lama-lama menjadi jenuh. Dia lalu mencoba mencari diversifikasi menu, agar “reaktor”-nya tetap bergairah menjalani kehidupan. Eh, entah setan mana yang membisiki, kok belakangan dia tertarik pada Yayuk anak tirinya yang kini duduk di bangku SMA. Dasar wajahnya cukup cantik, gerak geriknya menggamit rasa merangsang pandang, Gito jadi lupa daratan.
Sekali waktu, di kala situasinya sangat mantap terkendali bila pinjam istilah mentri jaman Orde Baru, dia merayu-rayu Yayuk untuk diajak berhubungan intim bak suami istri. Mungkin lobi-lobi politiknya demikian canggih, akhirnya si anak tiri ini terkena juga radiasi asmara dari ayahnya. Pada akhirnya Yayuk pun tak berkutik, sehingga bertekuk lutut dan berbuka paha untuk “reaktor” pak Gito.
Namun sial, baru beberapa kali Gito menjadikan Yayuk sebagai “sarapan” kedua, ulahnya ketahuan ibu kandungnya. Ny. Tanti pun melapor pada Polres Sragen. Kini Gito meringkuk di sel polisi, sementara sprei, celana dalam Yayuk dan guling dijadikan barang bukti termasuk seutas kabel PLN.
Kok kabel PLN segala, mau nambah daya, apa?