Definisi mengenai paraphilia menjelaskan sebagai kondisi yang ditandai dorongan, fantasi, atau perilaku seksual yang berulang dan intensif, yang melibatkan objek, aktivitas atau situasi yang tidak biasa dan menimbulkan keadaan distress (stres yang berbahaya) yang meyakinkan secara klinis atau kerusakan dalam masyarakat, pekerjaan atau area fungsi-fungsi lainnya.
Paraphilia terdiri atas sembilan jenis, sebagian besar sudah dikenal di kalangan masyarakat luas.
1. Ekshibisionisme
Mempertunjukkan alat kelamin kepada orang yang tidak dikenal untuk mendapatkan kenikmatan seksual, biasanya dipertunjukan pada lawan jenis, dan menikmati ekspresi korbannya. Mereka akan sangat puas bila bisa menakut-nakuti korbannya dengan ‘pertunjukan’ itu. Hubungan seksual yang lebih jauh hampir tidak pernah terjadi, sehingga penderita jarang melakukan pemerkosaan. Seorang wanita bisa memamerkan tubuhnya dengan cara-cara yang mengganggu, tetapi pada wanita, eksibisionisme jarang dihubungkan dengan kelainan psikoseksual.
2. Fetisisme
Kegiatan seksual yang merangsang dengan melibatkan penggunaan benda tak hidup dan tak lazim seperti bra, celana dalam wanita, sepatu wanita dll untuk mendapatkan kenikmatan seksual. Biasanya penderita melakukannya dengan masturbasi lalu berejakulasi didalam barang-barang tersebut. Kegiatan ini dikatakan menyimpang bila dilakukan berulang-ulang dan sudah menjadi hambatan dalam fungsi kehidupannya.
3. Froteurisme
Kepuasan seksual yang diperoleh oleh seorang pria dengan menyentuh, meraba ataupun meremas bagian tubuh atau alat kelamin wanita tanpa persetujuan dari wanita. Bahkan, para korban umumnya tidak curiga dan tidak menyadarinya bila menjadi korban. Bentuk lain froteurisme ialah para pria yang gemar mengesek-gesekkan atau menyentuhkan bagian tubuh mereka (paling sering alat vital) ke tubuh si lawan jenis. Tindakan mereka biasanya dilakukan kepada orang yang tidak dikenal di tengah keramaian, seperti bis bis, kereta api, kaki lima, bioskop, stadion (gedung olahraga), mal, ataupun elevator.
4. Pedofilia
Kelainan seksual berupa hasrat ataupun fantasi seksual terhadap anak-anak yang belum memasuki masa remaja. Orang dengan pedofilia umurnya harus di atas 16 tahun baik pria maupun wanita, sedangkan anak-anak yang menjadi korban berumur 13 tahun atau lebih muda (anak pre-pubertas). Biasanya kaum pedofilia kelihatannya orang yang sangat baik, penuh perhatian, kasih sayang dan mencintai anak. Korban kaum pedofilia sebagian besar adalah anak-anak dari keluarga kurang mampu. Menjadi korban karena anak-anak tersebut awalnya diiming-iming kebutuhan hidup seperti sandang dan pangan.
5. Masokisme seksual
Kelainan seksual bila bila dalam aktifitas seksualnya perlu rangsangan yang tidak lazim yaitu akan baru terangsang dan memperoleh kenikmatan seksual jika dirinya terlebih dahulu disakiti dan disiksa, biasanya dengan perlakuan omongan kasar, tamparan, pukulan bahkan pada kasus berat dengan cambukan, memotong, mengiris yang dapat melukai. Kelainan seksual masokisme melibatkan kebutuhan akan penghinaan, pemukulan atau penderitaan lainnya yang nyata, bukan pura-pura. Yang dilakukan oleh mitra seksualnya untuk membangkitkan gairah seksualnya. Perilaku menyimpang semacam ini salah satunya disebabkan oleh sikap orangtua dan guru yang diktator, yang berlangsung begitu lama sehingga membentuk kepribadian masokis.
6. Sadisme seksual
Merupakan kebalikan dari masokisme, yaitu kenikmatan seksual yang diperoleh dengan menyiksa pasangan seksualnya. Selain melakukan secara nyata sadisme seksual bisa terjadi hanya dalam khayalan atau mungkin diperlukan hanya untuk mencapai orgasme. Beberapa penderita sadisme, menjerat korban yang ketakutan, yang tidak menyetujui apa yang dilakukan oleh penderita dan kemudian memperkosanya. Penderita lainnya, secara khusus mencari mitra seksual yang menderita masokisme dan memenuhi keinginan sadistiknya dengan mitra seksual yang memang senang untuk disakiti.
7. Fetisisme transvestik
Penyimpangan ini adalah penyimpangan seksual dimana pengidap mendapatkan kepuasan seksual dengan berpakaian ataupun memakai barang – barang dari lawan jenis, umumnya dengan cara meniru berpakaian. Kadang dikaitkan dengan gangguan identifikasi jenis kelamin. Penderita biasanya cukup puas menggunakan pakaian wanita yang dia senangi tanpa sepengetahuannya lalu mengambil dan memakainya.
8. Veyourisme
Penyimpangan ini juga kerap disebut ‘peeping tom’ alias Tom si pengintip. Penyimpangan ini berupa orang yang mendapatkan kepuasan seksual dengan mengintip orang lain yang (maaf) telanjang, alat vital orang lain, ataupun orang lain yang sedang melakukan hubungan seksual. Sebagian besar penderita adalah pria. Voyeurisme dalam tingkatan tertentu sering terjadi pada anak-anak laki-laki dan pria dewasa, dan masyarakat seringkali menilai perilaku dalam bentuk yang ringan ini sebagai sesuatu yang normal. Tetapi sebagai suatu kelainan, voyeurisme merupakan metode aktivitas seksual yang lebih disukai oleh penderitanya dan bisa menghabiskan waktu berjam-jam untuk mengintip korbannya.
9. Paraphilia yang tak terdefinisikan,
Paraphilia tak terdefinisi terdiri dari berpuluh-puluh jenis kelainan seksual lainnya, seperti nekrofilia (perilaku seksual dengan mayat), bestialiti (perilaku seksual dengan binatang), dan lain-lain.
Penyebab Paraphilia
Seperti dijelaskan Susan Noelen Hoeksema dalam bukunya Abnormal Psychology, lebih dari 90 persen penderita paraphilia adalah pria. Hal ini tampaknya berkaitan dengan penyebab paraphilia yang meliputi pelampiasan dorongan agresif atau permusuhan, yang lebih mungkin terjadi pada pria daripada wanita.
Penelitian-penelitian yang mencoba menemukan adanya ketidaknormalan testoteron ataupun hormon-hormon lainnya sebagai penyebab paraphilia, menunjukkan hasil tidak konsisten. Artinya, kecil kemungkinan paraphilia disebabkan ketidaknormalan hormon seks pria atau hormon lainnya.
Di sisi lain, penyalahgunaan obat dan alkohol ditemukan sangat umum terjadi pada penderita paraphilia. Obat-obatan tertentu tampaknya memungkinkan penderita paraphilia melepaskan fantasi tanpa hambatan dari kesadaran.
Paraphilia menurut perspektif teori perilaku merupakan hasil pengondisian klasik. Contohnya, berkembangnya bestialiti mungkin terjadi sebagai berikut: Seorang remaja laki-laki melakukan masturbasi dan memperhatikan gambar kuda di dinding. Dengan demikian mungkin berkembang keinginan untuk melakukan hubungan seks dengan kuda, dan menjadi sangat bergairah dengan fantasi demikian.
Hal ini terjadi berulang-ulang dan bila fantasi tersebut berasosiasi secara kuat dengan dorongan seksualnya, mungkin ia mulai bertindak di luar fantasi dan mengembangkan bestilialiti.
Lingkungan keluarga dan budaya di mana seorang anak dibesarkan ikut memengaruhi kecenderungannya mengembangkan perilaku seks menyimpang. Anak yang orangtuanya sering menggunakan hukuman fisik dan terjadi kontak seksual yang agresif, lebih mungkin menjadi agresif dan impulsif secara seksual terhadap orang lain setelah mereka berkembang dewasa.
Banyak penderita pedofilia yang miskin dalam keterampilan interpersonal, dan merasa terintimidasi bila berinteraksi seksual dengan orang dewasa. Sebuah penelitian menunjukkan bahwa empat dari lima penderita pedofilia telah mengalami pelecehan seksual di masa kanak-kanak. ~Dari berbagai sumber~