11 Tahun Jelajahi Dunia dengan Mobil Kuno




11 Tahun Jelajahi Dunia dengan Mobil Kuno

Awalnya pasangan Herman (43) dan Candelaria Zapp (41) hanya ingin melakukan perjalanan dari Buenos Aires, Argentina, ke Alaska, Amerika Serikat. Menjadi turis backpacker, mereka menggunakan mobil Graham-Paige buatan 1928 yang sudah dimodifikasi.
Nahuel Pampa, si sulung, lahir sembilan tahun lalu di AS. Putra kedua mereka, Lucas Tehue 6, lahir di Argentina. Disusul Paloma Huya 3 yang lahir di Kanada. Sementara si bungsu Marco Wallaby "bertanah air" di Australia.

Ternyata sejak berangkat dari Buenos Aires pada 2001 itu, hingga kini mereka belum kembali ke Tanah Air karena tujuan perjalanan mereka terus bertambah.

Setelah dari Alaska, pasangan Zapp melanjutkan perjalanan, tidak berhenti di Benua Amerika saja. Mereka kini sudah menginjak Asia. Mereka berkunjung ke Korea Selatan, Jepang, Filipina, Malaysia, Singapura, Brunei, dan Indonesia.

Selama 11 tahun bertualang dengan mobil yang bisa "berubah" menjadi tenda itu, pasangan Zapp sudah memiliki empat anak yang lahir di empat negara berbeda.

Nahuel Pampa, si sulung, lahir sembilan tahun lalu di AS. Putra kedua mereka, Lucas Tehue (6), lahir di Argentina. Disusul Paloma Huya (3) yang lahir di Kanada. Sementeaa si bungsu Marco Wallaby "bertanah air" di Australia.

"Meskipun lahir di beberapa negara berbeda, mereka tetap anak-anak Argentina," kata Herman, di Subang Jaya, Malaysia.

Keluarga Zapp ogah disebut turis bila berada di negara asing.

"Kami hanya musafir biasa," ucapnya ketika berada di Subang Jaya.

Yang pertama menarik perhatian warga di setiap tempat yang dikunjungi adalah mobil kuno mereka.

"Orang selalu menanyakan bagaimana mobil kuno itu bisa berkeliling dunia tanpa mogok. Tentu saja ada kalanya mobil ini ngadat," kata Herman ketika berada di acara kumpul-kumpul penggemar mobil kuno yang diadakan Malaysia and Singapore Vintage Cars Register di Subang Jaya.

"Bila kami mendapat kesulitan di jalan, ada saja yang mau menolong di saat yang tepat. Atau kami bertemu orang yang tepat," imbuhnya.

Menurut Candelaria, anak-anaknya belajar tentang dunia secara langsung. Meskipun demikian, dia tidak mengabaikan pendidikan formal. Anak-anaknya mendapat pendidikan secara home schooling begitu berusia enam tahun.

"Kami sudah pernah mengalami berbagai kesulitan. Kehidupan nyata memang tidak pernah nyaman, tetapi begitulah kehidupan kita, menghadapi tantangan," ujarnya.

Dari Malaysia mereka akan melanjutkan perjalanan ke Thailand dan banyak tempat lain sebelum pulang.

Artikel Terkait: