Namamu Satria
Nang, duduk sini dipangku Ibu
ku ingin mengusap keringat di dahimu
sebelum ku kembali mengusap sepatu orang
demi masa depanmu
sebelum ku kembali mengusap sepatu orang
demi masa depanmu
Nang, aku ajari kau cara mandi
agar kelak bisa memandikanku
saat ku tak bisa mengusap keringatmu lagi
saat ku harus tidur abadi
agar kelak bisa memandikanku
saat ku tak bisa mengusap keringatmu lagi
saat ku harus tidur abadi
Nang, kau harus tau kenapa ku beri nama satria
bukan untuk sekedar bagus-bagusan
bukan untuk gampang dikenal orang
tapi jadikanlah dirimu seorang ksatria
bukan untuk sekedar bagus-bagusan
bukan untuk gampang dikenal orang
tapi jadikanlah dirimu seorang ksatria
yang bisa mencari arah bila ku mati
yang bisa hidup lebih layak
tak mengusap sepatu orang seperti aku
yang bisa hidup lebih layak
tak mengusap sepatu orang seperti aku
Nang, di tengah hingar bingar Ibu Kota
yang aku sendiri tak tahu kelaminnya
meskipun kita dianggap hina
janganlah sesekali kau tak trima
karena Tuhan sudah menggariskan hidup kita
yang aku sendiri tak tahu kelaminnya
meskipun kita dianggap hina
janganlah sesekali kau tak trima
karena Tuhan sudah menggariskan hidup kita
Nang, satria anakku
lekaslah pakai seragammu
rajinlah menuntut ilmu
agar kelak kau bisa mengubah hidupmu
menebar kebaikan tak pandang bulu
lekaslah pakai seragammu
rajinlah menuntut ilmu
agar kelak kau bisa mengubah hidupmu
menebar kebaikan tak pandang bulu