Narwhal (Monodon monoceros), atau paus bertanduk yang hidup di perairan kutub utara
Tanduk spiral narwhal yang misterius ternyata berfungsi sebagai sensor raksasa yang membantunya mengetahui kualitas air dan untuk “mencium” narwhal lainnya.Tanduk paus narwhal yang panjangnya bisa mencapai 2,4 meter itu telah sejak lama menjadi teka-teki para ahli alam dan pemburu. Penjelasan mengenai fungsinya pun seringkali menimbulkan perdebatan, begitu kata Dr. Martin Nweeia, seorang peneliti Harvard School of Dental Medicine.
Narwhal (Monodon monoceros) adalah sejenis paus yang termasuk sangat langka. Panjang tubuhnya mencapai 4 hingga 4,5 meter, dan kebanyakan dijumpai di perairan lautan Artik sekitar Kanada, tapi kadang juga terlihat jauh ke timur hingga Rusia.
“Tidak ada sesuatu yang sebanding dengannya di alam dan tak ada yang lebih unik dari tanduk narwhal dalam hal bentuk, kenampakan, dan fungsinya.”
Setiap paus narwhal (Monodon monoceros) juga menggunakan suara untuk berkomunikasi satu sama lain seperti halnya lumba-lumba atau ikan paus lainnya. Bahkan, masing-masing kemungkinan memiliki suara unik yang juga menunjukkan identitasnya.
Namun, belum banyak penelitian yang mempelajari identitas suara seperti yang diguankan paus narwhal. Para penelitinya yakin paus narwhal menggunakan suara untuk mengenali sesamanya dan membedakan satu individu dengan individu lainnya.
Hal tersebut disimpulkan para ilmuwan setelah mempelajari suara tiga ekor narwhal di Teluk Admiralty di Pulau Baffin, Kanada. Mereka menggunakan perekam elektronik yang ditempel di badan mamalia raksasa tersebut.
“Untuk pertama kalinya, kami benar-benar dapat mengikuti hewan tersebut kapan saja mereka bersuara dan ke mana saja mereka bergerak,” kata Ari Shapiro dari the Woods Hole Oceanographic Institution.
Meskipun salah satu alat perekamnya hilang, dua yang tersisa telah menunjukkan bentuk suara yang berlainan, berupa suara siulan dan denyutan. Shapiro menunjukkan bahwa kedua jenis suara bukanlah sinyal yang dipakai untuk bertukar informasi mengenai sumber makanan, tapi sekedar menunjukkan identitas individu dalam komunikasi sosial.
Mereka rutin melakukan migrasi hingga ribuan kilometer dan berkelompok. Maka dengan suara yang berbeda-beda, masing-masing dapat membedakan individu dalam kelompoknya atau kelompok lainnya. Hasil penelitian ini dimuat dalam Journal of Acoustical Society of America edisi September 2006.
Sumber: Kaskus.us